Di blog kali ini, kita mau ngebahas tentang sebuah eksperimen nih guys mengenai perbedaan hasil seduhan dari beans yang pre-ground dengan beans yang freshly ground.
Kebetulan, pas lagi nyari ide buat bahan blog, ketemu nih sama topik yang juga ngebahas tentang eksperimen ini and we thought, hmm menarik juga nih buat jadi sesi eksperimen pribadi. Apalagi kita di SB emang juga suka yang namanya bereksperimen.
Nah, bagaimana cara kerja eksperimen ini?
Jadi, kita pilih beans yang jatuhnya masih fresh roast. Alasan kita pilih beans yang masih freshly roasted itu karena berarti beans nya masih punya banyak aroma dan rasa serta masih banyak gas yang tersisa setelah roasting.
Untuk eksperimen ini, kita pilih Nano Challa yang di-roasting 4 hari yang lalu; jadi, masih termasuk fresh roast kan?
Kemudian, kita pakai dua metode seduh: pertama dengan metode cupping dan kedua, kita pakai metode V60 dengan menggunakan Hario Switch Immersion. Lalu, kita siapkan dua wadah: wadah pertama untuk Nano Challa yang pre-ground dan wadah kedua untuk Nano Challa yang freshly ground.
Disini, kita mengambil jeda waktu 1 jam antara Nano Challa yang pre-ground dengan Nano Challa yang freshly ground.
Di metode pertama, parameter yang kita pakai itu parameter standar aja untuk cupping seperti biasanya: jadi, dose nya 12 gr, kemudian kita grind dengan ukuran 4,5 (medium grind size di Mahlkohnig Guatemala), lalu masing-masing kita seduh dengan 200 gr air di suhu 92 derajat untuk 4 menit.
Bagaimana dengan hasil cupping nya?
Untuk Nano Challa yang pre-ground (yang di grind duluan dan didiemin dulu selama 1 jam), in terms of taste dia mempunyai rasa yang lebih manis & bright serta body yang lebih ringan jika dibandingkan dengan Nano Challa yang freshly ground, tapi in terms of aroma, Nano Challa yang fresh ground menghasilkan aroma yang lebih kompleks dengan body yang lebih tebal.
Lanjut ke metode brewing dengan Hario Switch Immersion, untuk meminimalisir variabel-variabel yang dapat mengganggu konsistensi, kita pakai teknik full immersion. Untuk parameternya sendiri, kita juga pakai parameter brewing V60 standar aja: dose nya 15 gr yang kemudian kita grind dengan medium grind size juga di ukuran 4 dengan Guatemala juga, lalu kita seduh dengan air sebanyak 225 gr dengan waktu 2 menit 30 detik.
Nah, bagaimana dengan hasil seduhan dengan metode brewing ini?
Kalo di brew V60 dengan teknik full immersion ini, hasil yang kita dapat nggak jauh berbeda dengan hasil yang di cupping: which to say, rasa dari Nano Challa yang pre-ground lebih bisa mengeluarkan sweetness nya dibandingkan dengan Nano Challa yang fresh ground, walaupun untuk soal aroma, Nano Challa yang fresh ground memang lebih pronounced dari Nano Challa yang pre-ground.
So, what’s our conclusion from this little experiment?
Disini, kita bukan mau membandingkan jenis grind treatment mana yang lebih baik, karena dari dalam kedua treatment, baik freshly ground maupun pre-ground, masing-masing punya kelebihan dan kekurangan.
Tapi, yang namanya treatment pre-grinding ini bisa kita pakai kalau katakan kita baru beli beans yang nggak jauh dari tanggal roasting, atau beans yang memang masih freshly roasted, sebagai langkah yang bisa dibilang ideal untuk mengurangi unsur-unsur negatif seperti gas yang masih tersisa dari proses roasting.
Sementara, untuk beans yang udah masuk masa peak atau masa resting, nah baru tuh lebih ideal dengan fresh grind treatment.
As usual, kamu bisa juga loh bikin eksperimen kamu sendiri dan mungkin kamu bisa pakai approach yang lebih extreme lagi; mungkin jeda waktu nya nggak harus 1 jam kayak yang kita pakai, tapi bisa coba dengan jeda waktu 2 jam.
Let us know penemuan kamu ya di eksperimen ini!
See you on the next blog post!